Assalaamu 'Alaikum warohmatullooh wabarokaatuh

Niat dan Perbuatan

Niat adalah ukuran dalam menilai benarnya suatu perbuatan, oleh karenanya, ketika niatnya benar, maka perbuatan itu benar, dan jika niatnya buruk, maka perbuatan itu buruk.
~ Imam An Nawaw

Pendaki


Seorang pendaki gunung sedang bersiap-siap melakukan perjalanan. Di punggungnya, ada ransel dan beragam carabiner (pengait). Tak lupa tali-temali tersusun melingkar di sela-sela bahunya. Pendakian kali ini cukup berat. Jadi, persiapannya harus lebih lengkap.

Kini, dihadapan pendaki itu menjulang sebuah gunung yang tinggi. Puncaknya tak terlihat. Tertutup salju yang putih. Awan yang berarak disekitarnya, membuat tak seorangpun tahu apa yang tersembunyi di sana.
Mulailah pendaki itu melangkah, menapaki jalan-jalan bersalju yang terbentang di hadapannya. Tongkat berkait yang disandangnya menancap setiap kali ia mengayunkan langkah.

Setelah beberapa jam berjalan, mulailah ia menghadapi dinding yang terjal. Tak mungkin baginya untuk terus melangkah. Dipersiapkannya tali-temali dan pengait di punggungnya. Tebing itu terlalu curam. Ia harus mendaki dengan tali-temali itu. Setelah beberapa kait ditancapkan, tiba-tiba terdengar gemuruh datang dari atas. Astaga, ada badai salju datang tanpa diundang!

Longsoran salju meluncur deras. Menimpa tubuh sang pendaki. Bongkah-bongkah salju yang mengeras terus berjatuhan disertai deru angin yang membuat tubuhnya terhempas ke arah dinding.
Badai itu terus berlangsung selama beberapa menit. Namun, untunglah, tali-temali dan pengait telah menyelamatkan tubuhnya dari dinding yang curam itu. Semua perlengkapannya hilang. Hanya tersisa sebilah pisau di pinggangnya. Sang pendaki, itu tergantung terbalik di dinding yang terjal itu.

Pandangannya kabur, semua tampak memutih. Ia tak tahu di mana berada. Sang pendaki cemas, Ia berkomat-kamit memohon doa kepada Tuhan agar diselamatkan dari bencana. Mulutnya terus bergumaman, berharap ada pertolongan yang datang.

Suasana hening setelah badai. Ditengah kepanikan itu, terdengar suara hati kecilnya yang menyuruhnya melakukan sesuatu. ”potong tali itu! potong tali itu!” Terdengar senyap melintasi telinganya. Sang pendaki bingung, apakah ini perintah dari Tuhan?” Apakah suara ini adalah pertolongan dari Tuhan? Tapi bagaimana mungkin, memotong tali yang telah menyelamatkannya, sementara dinding itu begitu terjal? Pandanganku terhalang oleh salju ini, bagaiman aku bisa tahu ?
Banyak sekali pertanyaan dalam dirinya. Lama ia ragu untuk mengambil keputusan. Lama, Ia tak mengambil keputusan apa-apa.

Beberapa minggu kemudian, seorang pendaki menemukan tubuh tergantung terbalik di sebuah dinding terjal. Tubuh itu beku. Tampaknya ia meninggal karena kedinginan. Sementara, batas tubuh itu dengan tanah berjarak 1 meter saja!

Teman, kita mungkin akan berkata, betapa bodohnya pendaki itu karena tak mau menuruti kata hatinya. Kita mungkin akan menyesalkan tindakan pendaki itu yang tak mau memotong saja tali pengaitnya. Pendaki itu tentu akan selamat dengan membiarkan dirinya jatuh ke tanah yang hanya berjarak 1 meter. Ia tentu tak harus mati kedinginan.

Begitulah, kadang kita berpikir mengapa Allah tampak tak melindungi hamba-NYA? Kita mungkin sering merasa mengapa ada banyak sekali beban, masalah, hambatan, yang kita hadapi dalam mendaki jalan kehidupan ini. Kita sering mendapati ada banyak sekali badai salju yang terus menghantam tubuh kita. Mengapa tak disediakan saja jalan lurus tanpa perlu menanjak agar kita terbebas dari semua halangan itu ?

Namun, Teman, cobaan yang diberikan Allah buat kita adalah latihan. Hanya ujian. Kita adalah layaknya besi-besi yang ditempa. Kita adalah seperti pisau – pisau yang terus diasah. Sesungguhnya, di semua ujian dan latihan itu tersimpan petunjuk. Ada tersembunyi tanda-tanda, asal kita percaya. YA, ASAL KITA PERCAYA.

Seberapa besar rasa percaya kita kepada Allah Azza wa Jalla, sehingga mampu membuat kita memututuskan ”memotong tali pengait” saat tergantung terbalik ? Seberapa besar rasa percaya kita kepada Allah hingga kita menyerahkan semua yang ada pada diri kita kepada-NYA?

Teman, percayalah.. Akan ada petunjuk-petunjuk Allah dalam setiap lamgkah kita menapaki jalan kehidupan ini. Carilah, gali dan temukan rasa percaya itu dalam hatimu. Sebab, saat kita telah percaya maka petunjuk itu akan datang dengan tanpa disangka...

Sumber : Buku Kekuatan Cinta karya Irfan Toni

0 komentar:

Posting Komentar

Murotal

Sebuah Syair Renungan Bagi Suami


Pernikahan atau perkawinan, menyingkap tabir rahasia.
Istri yang kamu nikahi tidaklah semulia Khadijah,
Tidaklah setaqwa Aisyah,
Pun tidak setabah Fatimah.
Justru Istri hanyalah wanita akhir zaman,
Yang punya cita-cita,
Menjadi sholehah...

Pernikahan atau perkawinan,
Mengajar kita kewajiban bersama
Istri menjadi tanah, kamu langit penaungnya
Istri ladang tanaman, kamu pemagarnya
Istri kiasan ternakan, kamu gembalanya
Istri adalah murid, kamu mursyidnya
Istri bagaikan anak kecil, kamu tempat bermanjanya

Saat Istri menjadi madu, kamu teguklah sepuasnya
Seketika Istri menjadi racun, kamulah penawar bisanya
Seandainya Istri tulang yang bengkok, berhatilah meluruskannya

Pernikahan atau perkawinan,
Menyadarkan kita perlunya iman dan taqwa
Untuk belajar meniti sabar dan ridha Allah SWT
Karena memiliki Istri yang tak sehebat mana,
Justru kamu akan tersentak dari alpa,
Kamu bukanlah Rasulullah,
Pun bukanlah Sayyidina Ali Karamallahhuwajhah
Cuma suami akhir zaman,
Yang berusaha menjadi sholeh...